Birahi Liar

Cerita Sex Terbaru | Tembok itu runtuh sudah, tiada lagi perintang, tiada…. murungku lah jadi tawa, resahku lah jadi lapang,
meski kadang ada tanya di hati, inikah yang kucari selama ini? Keputusan pengadilan yang mengabulkan
tuntutan ceraiku, membuat dadaku lapang. Karena sejak aku dinyatakan bukan istri Yana lagi, berarti aku
sudah menjadi wanita bebas. Memang keputusan mantan suamiku untuk menikahi gadis Lombok itu sangat
menyakitkan hatiku. Karena aku yakin bahwa biaya yang dipakai untuk menikahi gadis itu berasal dariku.

Cerita Sexs Terbaru Birahi Liar

Bukankah pada waktu menikahiku, ia tidak punya apa-apa selain tampangnya saja yang memang tampan?
Bukankah sejak menikah denganku levelnya jadi melonjak drastis, dari seorang penganggur menjadi seorang
pengusaha besar? Apakah dia tidak ingat semuanya itu? Untungnya aku lalu mendapatkan Yadi, yang tabiatnya
jauh berbeda dengan abangnya. Meski Yadi bukan suamiku, sejak statusku masih punya suami pun, rasanya
cintaku sudah beralih kepada Yadi. Namun sejak aku punya hubungan rahasia dengan Yadi, ada sesuatu yang
berkembang di dalam jiwaku. Bahwa aku jadi kecanduan sex. Rasanya sehari saja tidak disentuh oleh lelaki,
aku terpusing- pusing dibuatnya.

Tapi aku tak mau terus-terusan mengganggu Yadi. Karena ia selalu sibuk dengan usahanya. Sibuk pula
mengembangkan dana yang sudah kupercayakan padanya. Aku sudah menghadiahkan harta yang cukup besar
padanya, yaitu hasil penjualan hotelku. Aku pun mempercayakan sisa-sisa hartaku yang masih cukup
berlimpah untuk dikelolanya secara profesional. Dan ternyata Yadi sangat bisa dipercaya. Ia jujur dan
cerdas. Wawasan bisnisnya selalu tepat, tak pernah mengalami kegagalan. Dari dana yang kupercayakan
padanya, ia sudah mendirikan pabrik coklat, yang dari hari ke hari berkembang dan berkembang terus.
Sebagian lagi dana yang kupercayakan padanya, digunakan untuk bisnis property. Dalam bidang property pun
ia selalu berhasil. Keberhasilan Yadi itu bukan sekadar laporan palsu. Karena aku bisa mengeceknya
sendiri lewat audit yang teliti.

Yadi adalah sosok pria yang luar biasa bagiku. Luar biasa cemerlangnya dalam mengelola perusahaan. Bisnis
batubaranya pun berkembang terus, meski pada suatu saat ia pernah berkata, bahwa bisnis batubara itu
bukan tujuan abadinya. Pada suatu saat ia akan meninggalkan bisnis yang satu itu, karena deposit batubara
di Kalsel makin lama makin menipis. Sementara para pejabat dan konglomerat pun berebut lahan di sana. Aku
mengiyakan saja apa yang diterangkan olehnya. Yadi tak cuma berbakat dalam soal bisnis. Ia juga berbakat
untuk memuasi nafsu birahiku setiap kali aku merindukannya.

Tapi…sekali lagi…aku tak boleh terus- terusan mengganggu Yadi yang selalu sibuk melancarkan bisnisnya,
antara lain juga mengatur bisnisku yang kupercayakan padanya. Jadi, Yadi itu termasuk asset bisnisku.
Tapi gairahku selalu timbul hampir tiap malam. Sehingga diam-diam aku membeli beberapa dildo dengan
ukuran dan betntuk yang berlainan.

Lalu aku mencoba memuasi diriku sendiri dengan dildo-dildo itu. Dan selalu saja aku bisa orgasme setelah
dildo yang bervibrator itu kugunakan. Namun lama-kelamaan aku bosan juga memuasi diriku sendiri dengan
cara yang tidak normal itu (yang terkadang membuatku merasa seperti orang yang tak waras lagi). Karena
normalnya, aku harus dipuasi oleh lelaki yang hidup dan perkasa. Kalau bisa, lelaki itu tak kalah perkasa
daripada Yadi.

Kunjungi Juga CeritaSexDewasa.Org

Lalu apa yang harus kulakukan? Haruskah aku meminta kepada Yadi agar mengirimkan salah seorang temannya
yang pernah ia lakukan tempo hari? Tidak. Aku tak mau namaku tersebar sebagai perempuan nakal yang haus
sex. Mau dikemanakan mukaku kalau berita buruk seperti itu benar-benar tersebar di kotaku? Aku
membutuhkan seseorang yang bisa memuasi hasratku, tapi sekaligus bisa menjaga rahasiaku. Maka beberapa
hari setelah aku resmi bercerai dengan suamiku, pikiranku mulai tertuju ke Aldo, anak muda yang sudah
setahun menjadi sopirku. Ya, Aldo cuma seorang sopir. Tapi ia punya bentuk yang meyakinkan. Tampan dan
keindo-indoan.

Menurut pengakuannya, ayah Aldo seorang indo Jerman. Ibunya orang Jawa. Dan sejak ayahnya meninggal,
kehidupan keluarganya serba kekurangan, sehingga ia mengambil jalan pintas untuk mencari kerja sebagai
seorang sopir, karena ijazahnya cuma SMA. Aldo menggantikan sopir lamaku yang resign, karena lebih
memilih jadi sopir bis antar kota. Tadinya aku agak sangsi menerima Aldo sebagai sopirku, karena usianya
masih sangat muda. Baru 22 tahun. Namun setelah ditest beberapa hari, aku merasa dia sangat halus
mengemudikan mobil- mobilku. Sehingga akhirnya aku menerimanya, dengan masa percobaan selama 3 bulan.

Aldo juga mau merawat kebersihan mobil- mobilku. Kalau sedang menungguku di suatu tempat, misalnya, ia
selalu menyempatkan diri untuk membersihkan mobil mahalku, sehingga keadaannya selalu mengkilap.
Sementara sopir yang dahulu, hanya mau memasukkan mobilku ke tempat cuci mobil, jarang mau membersihkan
sendiri. Setelah masa percobaan selesai, aku menyatakan Aldo lulus dan bisa menjadi sopir pribadiku.
Dengan gaji yang lumayan besar dan membuatnya tampak senang. Bentuk Aldo, mungkin terlalu bagus untuk
menjadi seorang sopir. Tubuhnya tinggi langsing, tapi tidak tergolong kurus.

Sementara tampangnya pun ganteng sekali. Sehingga kalau kuperhatikan secara diam-diam, banyak pandangan
cewek yang tampak seperti mengaguminya kalau kami sedang berada di tempat umum. Selama proses
perceraianku belum diputuskan oleh pengadilan, aku tak pernah pedulikan ketampanan Aldo. Saat itu aku
hanya menilai bahwa Aldo tak tercela dalam mengemudikan mobilku. Ia masih sangat muda, tapi tak pernah
terpancing untuk kebut-kebutan, meski berada di jalan tol sekali pun. Padahal mobilku sangat memenuhi
syarat untuk dilarikan dalam kecepatan tinggi. Menurut Aldo sendiri, mendiang ayahnya memberi nama Aldo
agar ia bijaksana. Karena nama Aldo itu berarti dewasa atau bijaksana. Pantaslah Aldo sudah memiliki
kedewasaan meski usianya masiuh sangat muda.

Beberapa hari setelah aku resmi bercerai dengan Yana, aku mulai memperhatikan Aldo secara diam-diam.
Mulai sering mencuri-curi pandang dengan sudut mataku. ceritasexterbaru.org Aku pun mempertimbangkan banyak hal mengenai
dirinya. Termasuk soal rahasia pribadiku seandainya kelak ia kujadikan target pemuas hasrat birahiku. Dan
aku merasa ia bukan seorang cowok yang bocor mulutnya. Bahkan kalau kuperhatikan dengan seksama, ia
tergolong seorang cowok yang agak tertutup jiwanya. Maka pada suatu hari aku bersiap-siap untuk istirahat
di villaku. Beberapa helai pakaian sudah kumasukkan ke dalam koper. Juga peralatan make up, peralatan
mandi dan sebagainya kusiapkan semua.

Lalu kupanggil Inah, pembantu setiaku yang sudah bertahun-tahun bekerja di rumahku.

“Panggilin Aldo, Nah,” kataku.
“Baik, Nyonya,” sahut Inah sambil mengangguk sopan.

Lalu bergegas menuju garasi. Tak lama kemudian Aldo muncul di ruang tamu.

“Selamat pagi, Bu,” katanya sambil mengangguk sopan.
“Pagi….Kita ke Puncak sekarang. Masukin koperku ke bagasi, Al,” kataku sambil menunjuk ke koper pakaianku
di dekat pintu kamarku.
“Iya Bu.” Beberapa saat kemudian, aku sudah duduk di jok belakang mobilku yang sudah dikemudikan oleh
Aldo meninggalkan pekarangan rumahku.
“Aku mau istirahat beberapa hari di villa,” kataku setelah mobilku meluncur di jalan raya.
“Iya Bu,” sahut Aldo di belakang setir.
“Tapi kamu gak bawa baju ganti ya?”
“Hehehe…gak Bu.”
“Ya udah, nanti ke mall aja dulu. Beli aja pakaian beberapa stel, sementara aku mau beli perbekalan
makanan untuk dimasak di villa nanti.”
“Baik Bu.” Setelah Aldo berlalu, aku menelepon Mang Tarman, penunggu villaku.

Minta agar villaku dibersihkan, karena aku akan datang ke sana. H ari itu kebetulan bukan hari-hari
weekend. Sehingga jalanan menuju Puncak lumayan lancar, tidak macet. Maka tak sampai dua jam, aku sudah
tiba di villaku. Aldo cepat membuka penutup bagasiku dan mengeluarkan koperku.

Kemudian membawanya ke dalam villaku yang pintunya sudah dibuka oleh Mang Tarman.

“Sudah dibersihkan semua Mang?” tanyaku kepada penunggu villaku yang setia itu.
“Sudah Bu. Semua peralatan elektriknya juga sudah dijalankan,” sahut Mang Tarman.
“Syukurlah, kami mau istirahat beberapa hari di sini,” kataku sambil memberikan beberapa lembar uang
kepada penungu villaku.
“Terima kasih…terima kasih, Bu,” Mang Tarman membungkuk-bungkuk sopan sekali waktu menerima uang dariku
yang jumlahnya cukup banyak itu.

Aku memeriksa keadaan di dalam villaku yang jarang kupakai ini. Sudah bersih dan rapi semua.

Lalu kusuruh Aldo memasukkan koperku ke kamar yang terbesar, yang biasa kupakai kalau sedang istirahat di
sini.

“Aldo, nanti kamu tidur di kamar yang itu ya,” kataku sambil menunjuk ke kamar yang berdampingan dengan
kamarku, “Supaya kalau ada apa-apa, aku gampang manggil kamu.”
“Siap Bu,” Aldo mengangguk.
“Ohya…tadi berapa stel kamu beli pakaian di mall?” tanyaku.
“Tiga stel Bu. Tiga celana dan tiga baju kaus.”
“O, baguslah. Cobain sana pakaian barunya, aku ingin lihat pilihanmu cocok apa gak?”
“Baik Bu…mau saya ambil dulu pakaian barunya, masih tertinggal di bagasi mobil.” Lalu Aldo melangkah ke
luar, menuju mobilku yang diparkir di depan pintu villaku.

Terus terang, tujuan utamaku berada di villa itu bukan untuk sekadar beristirahat, melainkan untuk meraih
Aldo ke dalam genggaman birahiku. Tapi aku harus melakukannya dengan hati-hati, dengan step by step, agar
aku tidak merusak nama baikku sendiri. Maka ketika Aldo memperlihatkan baju- baju yang baru dibelinya
dari mall tadi, diam-diam aku mengamatinya sambil mempertimbangkan beberapa hal di dalam hatiku. Bahwa
dalam pakaian-pakaian murahan itu pun Aldo selalu kelihatan tampan dan pantas.Cerita Sex Terbaru

Lalu kenapa aku tidak memikirkan dirinya saja, sebagai pemuasku? Bukankah Aldo bisa kujadikan sosok yang
aman menjaga rahasiaku kelak? Ya…bukankah Aldo demikian patuhnya pada perintah-perintahku? Maka malamnya
kuajak Aldo mencari makan di daerah Puncak Pass. Di perjalanan menuju Puncak Pass itulah aku sempat
memulai memancingnya.

Biasanya aku duduk di belakang, tapi saat itu sengaja aku duduk di depan.

“Kamu sudah punya pacar Al?” tanyaku.

Agak lama Aldo terdiam. Lalu katanya,

“Dulu pernah, waktu baru lulus SMA, Bu. Tapi yah…cewek mana yang mau bertahan pacaran sama cowok yang
belum punya kerja tetap Bu.”
“Sekarang kamu kan sudah punya pekerjaan tetap sebagai sopir pribadiku Al.”
“Iya…tapi saya harus membantu ibu saya untuk menyekolahkan adik-adik.”
“Jadi selama ini gajimu selalu diberikan kepada ibumu?”
“Iya Bu. Saya kan anak sulung.” Aku terdiam.

Sambil mempertimbangkan semuanya. Termasuk niatku untuk mengubah kehidupan Aldo, agar tidak banyak
kekurangan lagi. Pada waktu makan malam di sebuah rumah makan besar langgananku, Aldo kuajak menemaniku
makan. Itu adalah pertama kalinya Aldo kuajak makan bersama. Biasanya kalau aku sedang makan di restoran,
Aldo hanya kuberi uang makan, untuk mencari makanan sendiri. Dan belum pernah kuajak makan bareng. Pada
waktu makan bareng itu diam-diam kuperhatikan cara Aldo makan. Ternyata dia bisa makan dengan cara yang
baik. Bisa menggunakan pisau dan garpu sesuai tata cara internasional. Dan tak terdengar cipak-cipak
puila dari mulutnya.

Aku lalu teringat dari pengakuan Aldo sendiri, bahwa mendiang ayahnya bedarah campuran, indo Jerman.
Mungkin ayahnya itulah yang mengajari bagaimana cara berperilaku dalam kehidupan sehari-hari, termasuk
dalam soal makan. Karena semuanya memang ada aturannya. Dan makin baik pendidikan di rumah, akan makin
baik juga perilaku seorang anak di luar rumahnya. Dalam perjalanan pulang ke villa, aku terus-terusan
memutar otakku.

Dan setibanya di villa, aku berkata,

“Kamu tidur di kamarku saja Al. Aku takut tidur sendirian.”
“Di…di kamar Ibu?” Aldo tampak bingung.
“Iya. Kan bednya ada dua. Coba sini…lihat sendiri,” kataku sambil menarik pergelangan tangan Aldo.

Setibanya di dalam kamar yang memang cukup luas dan lengkap itu, kutunjuk bed yang agak kecil,

“Nah…nanti kamu tidur di situ. Aku tidur di bed yang satunya lagi.” Aldo akhirnya mengangguk sambil
menjawab, “Siap Bu.”
“Sekarang cuci kaki dulu sana gih,” kataku sambil menunjuk ke pintu kamar mandi pribadiku.

Pada waktu Aldo berada di kamar mandi, kukeluarkan laptopku. Dan kuletakkan di meja kecil dekat sofa.
Biasanya aku hanya membuka laptop itu hanya kalau mau mengecek laporan keuangan. Tapi saat itu lain dari
biasanya. Aku membuka untuk memutar koleksi video dewasa. Tak lama kemudian Aldo muncul lagi, dengan
pakaian yang sudah diganti. Kini ia mengenakan celana training hitam dengan baju kaus oblong putih.

Pada saat itu aku sudah memutar video yang baru menayangkan nama-nama pornstarnya.

“Sini Al, temani aku nonton,” kataku sambil menepuk sofa di sebelah kananku.
“Film horror Bu?” tanya Aldo sambil melangkah ke sofa yang kududuki. Dan tampak ragu waktu mau duduk di
samping kananku.
“Lihat aja sendiri nanti,” kataku sambil meraih tangannya agar duduk di samping kananku.

Meski masih canggung, akhirnya mau juga Aldo duduk di sampingku. Pandangannya pun tertuju ke layar
monitor laptopku.

Kebetulan judulnya cocok dengan keadaanku saat itu :

“Older woman and younger man” Di layar monitor laptopku tampak seorang wanita setengah baya menghampiri
seorang cowok muda yang sedang duduk di sofa.

Mereka ngobrol sebentar. Lalu si wanita melepaskan tali kimono kuningnya. Cowok itu langsung menyergap.
Menyembulkan payudara si wanita dari branya yang diturunkan sedikit.

Lalu mengemut pentil payudara wanita itu.

“Wow…bokep Bu…” komentar Aldo dengan mata hampir tak berkedip.
“Iya. Kamu gak suka nonton bokep?”
“Su…suka Bu…” “Ya udah, temenin aku nonton di sini. Aku juga suka nonton video yang hot-hot gini….pengen
pipis dulu nih….pausekan dulu ya…biar jangan ada yang kelewat…” kataku sambil bangkit dan buru-buru
melangkah ke kamar mandi.

Seolah-olah sudah kebelet pipis. Padahal di kamar mandi aku cuma melepaskan celana dalam, lalu kucuci
kemaluanku sebersih mungkin. Dan balik lagi ke depan laptopku, sementara celana dalamku sengaja
kutinggalkan di kamar mandi. Aku duduk kembali di samping kiri Aldo. Kali ini aku sengaja duduk merapat
ke Aldo yang velum berani menjalankan lagi video yang tadi kupausekan itu. Maka akulah yang mengklik
tanda play lagi. Ini adalah untuk pertama kalinya aku duduk berdampingan dengan Aldo. Dengan posisi
merapat pula. Adegan di layar monitor laptopku makin lama makin panas. Dan tanganku tak tahan lagi.

Mulanya hanya mengelus celana katun yang Aldo kenakan, pada bagian pahanya. Dan sudut mataku melihat ada
yang menggembung di celana Aldo pada bagian alat vitalnya. Meski aku meraba-raba dari luar celana Aldo,
aku bisa merasakannya…ada yang mengeras di dalam celana training hitamnya. Membuatku semakin binal.

Maka kuselinapkan tanganku ke dalam lingkaran karet celana training itu, dengan cepat aku berhasil
menangkap batang kemaluan Aldo yang memang sudah ngaceng itu.

“Bu…” Aldo seperti kaget. Tapi membiarkan tanganku menggenggam batang kemaluannya yang terasa hangat.
“Aku kalau nonton bokep senengnya sambil megangin titit. Mmm…apalagi titit yang sudah ngaceng gini,”
kataku sambil mengelus-elus moncong penis Aldo yang masih tersembunyi di dalam celana trainingnya.
“I…iya Bu…” sahut Aldo dengan pandangan tetap tertuju ke layar monitor. Sementara penisnya terasa semakin
ngaceng saja, pasti karena ulah tangan kananku ini.

Karena aku mulai meremas- remas penisnya dengan lembut, sementara jempolku mengelus-elus moncongnya.
Meski pandangan Aldo tetap tertuju ke layar monitor, aku tahu bahwa napasnya mulai tak beraturan. Maka
tanpa memikirkan siapa dia dan siapa diriku, tangan kiriku menarik tangan kiri Aldo. Kuselinapkan
tangannya ke balik bagian bawah gaunku. Telapak tangan kiri Aldo itu sengaja kutempelkan di kemaluanku
yang tak bercelana dalam lagi ini. Aldo tampak kaget.

Tapi tangannya kutahan agar tetap menempel di kemaluanku, diiringi bisikanku,

“Biar asyik nontonnya, aku mainin tititmu, kamu mainin memekku. Mainkanlah…jangan takut-takut…aku gak
marah kok…”
“I…iya Bu….” sahut Aldo sambil menggerak-gerakkan tangannya.
“Asyik kan?” tanyaku setengah berbisik, sementara tanganku memang sedang asyik meremas-remas batang
kemaluan Aldo dengan hati-hati, agar jangan membuatnya kesakitan.

Sementara jemari Aldo pun mulai asyik mengelus-elus celah kemaluanku yang belum terlihat di matanya. Maka
kurasakan kemaluanku mulai basah oleh lendir libidoku.

“Enak kan nonton bokep sambil saling sentuh gini?” cetusku sambil mengintensifkan elusan jempolku di
kepala penis Aldo.
“Iya Bu…ta…tapi…” sahut Aldo terputus.
“Tapi apa?” tanyaku sambil memperhatikan sikap Aldo.
“Ng…nggak Bu…” Aku tidak mendesaknya.

Karena aku sudah tahu jawabannya. Pasti dia sedang disiksa oleh nafsunya. Seperti yang tengah kurasakan
ini. Dan aku semakin lupa daratan. Aku sudah ingin secepatnya disetubuhi oleh anak muda itu. Maka padaq
suatu saat, kupelorotkan celana training Aldo, sehingga batang kemaluan yang sudah sangat tegang itu
tersembul di depan mataku.Cerita Sex Terbaru

“Hmmm…aku suka bentuk penismu ini, Al…kepalanya gede….pasti enak rasanya…” kataku sambil memegang penis
ngaceng itu. Aldo semakin salting ketika genggamanku bergerak-gerak seperti sedang mengocok.

Napasnya pun terdengar tak beraturan. Dan aku merasa kasihan karena sudah menyiksanya terlalu lama.
Menyiksanya dalam nafsu. Maka sambil merebahkan diri, kusingkapkan bagian bawah gaunku sampai ke
perut….sambil menarik penis Aldo dengan tangan kiri dan meraih pinggulnya agar mendekat ke tubuhku.

“Lepasin celanamu, Al,” kataku.

Tanpa membantah sedikit pun Aldo melepaskan celana trainingnya, sehingga bagian bawah tubuhnya mulai
telanjang, karena sejak tadi ia tak mengenakan celana dalam. Lalu kutarik penis Aldo sampai menyentuh
kemaluanku. Dan kucolek- colekkan kepala penis itu di mulut kemaluanku yang sudah membasah ini. Agak lama
kucolek-colekkan moncong penis Aldo di mulut kemaluanku yang sudah dibasahi lendir nafsu kewanitaanku
ini. Sementara Aldo malah memejamkan matanya, seperti tak berani beradu tatapan denganku.

“Enak Do?” tanyaku tanpa menghentikan kenakalanku, mencolek-colekkan moncong penis Aldo ke mulut vaginaku
yang semakin membasah dan licin ini.
“I…ii…iiyaaa, Buuu…” sahut Aldo terengah sambil membuang muka.

Mungkin ia tidak tahu bahwa sebenarnya aku pun sedang menikmati enaknya kemaluanku dicolek-colek oleh
puncak penis anak muda itu. Bahkan pada suatu saat aku berkata dalam hasrat yang kian bergejolak,

“Cobain dorong sedikit, Al…” Aku berkata begitu sambil memegang batang kemaluan Aldo agar arahnya ngepas
pada sasarannya.

Aldo mengikuti permintaanku. Moncong penisnya terasa mendesak perlahan. Sehingga aku mengingatkannya agar
lebih kuat lagi mendorongnya. Aldo pun melakukannya. Mendorong penisnya lebih kuat…lebih kuat…dan…
blessss….membenam separuhnya.

“Masuk Al…mmm…enaknya sih dientotin Al…coba entotin pelan-pelan dulu…udah kepalangan dalam sih masuknya.”

Meski masih bersikap canggung, Aldo mengikuti permintaanku. Dengan kedua tangan menahan tubuhnya di
kanan-kiri tubuhku, ia mulai menggerakkan penisnya, maju mundur dan maju mundur perlahan, tapi ia seperti
membatasi agar penisnya tidak sampai masuk semuanya.

“Duh enak banget, Al,” desahku sambil menarik kedua bahunya agar merapat ke dadaku,
“Ayo entot aja sampai masuk semuanya, jangan tanggung-tanggung gitu.”
“I…iya Bu…” Aldo bisa menyembunyikan ekspresinya, karena aku mendekap lehernya, sehingga pipiku
bertempelan dengan pipinya tanpa saling tatap. Tapi aku bisa menarik baju kaus Aldo ke atas sambil
berkata,
“Buka semua ah…biar lebih enak lagi.” Aldo membiarkan aku melepaskan baju kausnya, sehingga ia jadi
telanjang bulat.

Setelah itu, aku pun melepaskan kancing gaunku yang berderet di depan dari bawah ke atas, sampai
tertanggal semua. Lalu dengan mudah aku bisa melepaskan gaunku. Disusul dengan pelepasan braku, sehingga
akhirnya kami jadi sama-sama telanjang bulat.

“Ayo lanjutin lagi….entot lagi yang mantep ya…” kataku sambil memeluk leher Aldo lagi. Aldo tidak
menjawabnya dengan kata- kata, melainkan dengan tindakan.

Batang kemaluannya yang lumayan panjang gede itu mulai beraksi lagi, mengentotku dengan mantapnya. Oooh…
yang kurindukan selama ini telah kunikmati kembali !

“Kita lagi ngapain ini Al?” tanyaku sambil memegang sepasang pipi Aldo dan menatapnya dengan senyum.
“Sa…saya tidak berani nyebutinnya Bu…” sahutnya sambil menghindari tatapanku.
“Bilang aja lagi bersetubuh gitu…enak kan?”
“I..iya Bu…eee…enak sekali…”
“Tapi kamu harus merahasiakan semuanya ini ya.“
“Iii…iya Bu….”
“Sejak saat ini aku akan makin sayang sekali sama kamu. Tapi di depan orang lain, kita harus bersikap
seperti biasa ya.”
“Iii…iya Bu…sa…saya mengerti…” Lalu aku berbisik di telnganya,
“Kamu pernah nyangka bakal dikasih memekku seperti ini?”
“Ng…nggak Bu….mimpi aja belum pernah…”
“Tapi kamu senaqng dikasih memek kayak gini?”
“Sesese…senang sekali Bu…”
“Kalau gitu ayolah lanjutin…entot lagi seedan mungkin…ayo…” Aldo spontan mengayun lagi batang
kemaluannya, membuatku semakin binal, ingin menikmatinya selengkap mungkin.

Lalu kutarik kedua tangan Aldo dan kuletakkan di sepasang payudaraku sambil berkata,

“Sambil diremas Al…tetekku belum kendur-kendur banget kok…”
“I…iya…masih kenceng Bu,” komentarnya ketika tangannya mulai meremas-remas payudaraku.
“Ya iyalah…tetekku kan selalu dirawat Al….”
“Bu…oooh…Bu….” cetus Aldo terengah.
“Kenapa?”
“Gak Bu…cuma…ini…makin lama kok makin enak gini Bu…”
“Mmm…apalagi kalau pantatku digoyangin gini…pasti lebih enak lagi kan?” kataku sambil menggoyang-goyang
pinggulku dengan gerakan yang sudah terlatih.

Membentuk angka delapan. Memutar-mutar dan meliuk-liuk.

“Iii…iya Bu…dududuuuuh Bu…enak banget Bu….dududududuuuuh…” Aku tidak menanggapi desahan-desahan spontan
Aldo.

Karena aku sendiri sedang merasakan sesuatu. Bahwa goyang pinggulku membuat kelentitku terus- terusan
bergesekan dengan penis Aldo. Dan ini membuatku terpejam-pejam dalam nikmat yang luar biasa. Maka ketika
aku semakin hanyut di dalam arus kenikmatan, kuciumi bibir Aldo sambil mendekapnya erat-erat. Aldo belum
berani bereaksi. Namun ketika aku sudah mulai melumat bibirnya, ia pun mulai berani memelukku, sementara
penisnya makin garang menggenjot liang senggamaku. Wuih…inilah yang kuharapkan.

Maka aku pun semakin ganas menggoyang pinggulku, sehingga liang kemaluanku seolah membesot-besot dan
memilin-milin penis Aldo, sementara kelentitku semakin kencang bergesekan dengan penis perkasa itu.
Tadinya kuduga Aldo takkan bertahan lama, karena biasanya cowok semuda dia belum bisa mengontrol diri
dalam persetubuhan. Dan aku sudah menyiapkan diri, seandainya hal itu terjadi. Bahwa di ronde kedua
barulah aku akan habis-habisan mencari kepuasan. Tapi ternyata Aldo tak selemah itu. Bahkan sebaliknya.

Setelah cukup lama kemaluanku digasak oleh penis yang masih fresh itu, aku duluan tiba di puncak
kenikmatanku. Puncak yang membuatku menggeliat, mengejang dan berkelojotan…diiringi rintihan nikmatku,

“Aaaaaahhhhhh….” sambil meremas- remas rambut Aldo sampai acak-acakan.

Tapi Aldo masih mengayun batang kemaluannya di dalam liang senggamaku yang sudah sangat licin ini. Meski
masih agak ngilu, kuciumi bibir Aldo sebagai tanda terimakasihku, karena ia baru saja memberiku suatu
kepuasan yang sangat kurindukan. Mungkin karena aku menghentikan goyangan pinggulku, tak lama kemudian
Aldo pun menghentikan entotannya.Cerita Sex Terbaru

“Kenapa berhenti? Ayo entot terus sampai ngecrot,” kataku perlahan.
“I…iya Bu…” Aldo mengayun kembali batang kemaluannya. Kenikmatanku pun mulai terasa lagi.

Karena penis Aldo ngacengnya sempurna. Keras sekali. Aku pun mulai menggoyangkan pinggulku kembali,
sambil menciumi leher Aldo yang sudah dibasahi keringat. Dalam arus nikmat senggama, aku tidak merasa
jijik sedikit pun ketika lidahku menjilati keringat di leher Aldo. Karena Aldo itu bukan cuma tampan,
tapi juga pandai menjaga kebersihan. Cuma statusnya saja yang membuatku agak risih, pada mulanya. Bahwa
ia ia sopirku, sementara aku bossnya. Tapi semuanya itu kulupakan. Yang tertinggal di dalam batinku hanya
satu hal. Bahwa ia seorang lelaki tampan yang masih sangat muda dan mampu memuasi nafsu birahiku.

Dan setelah cukup lama ia mengentotku, terlihat gejala-gejala kalau ia akan mencapai puncak ejakulasinya.

Baca JUga Cerita Seks Di Pinggir Pantai Parang Tritis

“Udah mau ngecrot ya?” tanyaku.
“I…iya Bu…di mana sa…saya harus lepasinnya?” sahutnya tersengal-sengal.
“Di dalam aja…ayo kita barengin biar nikmat.”
“Iya Bu…oooh….aaaah…” Aldo mengayun batang kemaluannya dengan gerakan cepat, sementara aku pun semakin
binal menggoyang-goyangkan pinggulku.

Pada suatu saat tibalah kami pada titik yang sangat indah itu…terlalu indah untuk dilukiskan dengan kata-
kata….bahwa diiringi dengus-dengus napasnya Aldo membenamkan batang kemaluannya dalam-dalam, sementara
moncong penisnya memuncrat- muncratkan air maninya di dalam liang senggamaku yang sedang mencapai orgasme
keduaku…oooh….luar biasa nikmatnya ! Pelukanku di leher Aldo sampai bergetar- getar ketika merasakan
puncak kenikmatan yang sangat indah ini.

Air mani Aldo banyak sekali sampai terasa membludak ke luar, mengalir ke sofa. Tapi hal itu kuanggap
sebagai pertanda positif dan menyenangkan…- Cerita Sex, Cerita Seks, Cerita Sex Terbaru, Cerita Sex Dewasa, Cerita Panas Indonesia, Cerita Hot Terbaru, Cerita Dewasa Terbaru.