Cerita Sex Terbaru | Aku punya teman baik namanya Andi. Andi adalah sahabat baikku sejak kecil. Kebetulan rumah kami berdekatan.
Sejak kecil kami selalu main bersama, sekolah di sekolah yang sama dan kadang kala beli baju yang sama pula. Orangtuaku dan orangtuanya sudah kenal baik sejak pindah di komplek perumahanku sekitar tahun 80-an. Sebenarnya aku ada sedikit perasaan sih sama Andi. Tapi kok rasanya dia hanya menganggapku saudara. Jadi kusimpan baik-baik saja perasaanku.
Aku punya pengalaman unik bersama Andi, mengenai orgasme, namun tidak sampai kehilangan keperawananku. Suka atau tidak ternyata itu bikin aku ketagihan. Aku selalu menginginkan orgasme. Kadang aku mencoba masturbasi, namun tidak pernah berhasil. Aku tidak dapat masturbasi. Aku butuh bantuan seorang lelaki untuk memuaskan birahiku. Biasanya kalau aku sedang ingin, aku selalu menelpon Andi dan minta dia segera datang ke rumahku. Andi selalu memuaskanku.
Kadang kami melakukan di kamar mandi, kamarku dan kadang juga di dapur atau di taman belakang. Hari Selasa, Rabu dan Jum’at, Mamaku selalu pergi untuk melakukan kegiatannya. Pulangnya baru sore hari. Kalau Papaku ngantor dari pagi sampai sore. Sedang kakak perempuanku kuliah di luar negeri. Pada ketiga hari itu aku selalu memanggil Andi ke rumah. Kadang semua pembantuku kuberi uang dan kusuruh jalan-jalan ke supermarket. Dan kami berdua akan telanjang bulat di rumah. Pokoknya seperti pengantin baru.
Tapi itu hanya pada awalnya. Kemudian Andi mulai terganggu dan membatasi diri untuk tidak melakukan lagi bersamaku. Alasannya terlalu berbahaya dan perasaan bersalah. Takut kalau kami terjerumus dan kehilangan keperawananku. Andi menyarankan agar aku mulai mengurangi frekuensi petting dan kalau bisa berhenti total. Aku jadi bingung sama Andi. Dia yang mengajariku orgasme, sekarang malah tidak mau bertanggung jawab. Aku jadi kesal dengannya. Aku tidak tahu apakah libidoku yang terlalu besar atau dia yang kelewat sering onani hingga dapat menahan nafsu.
Andi benar-benar berniat berhenti. Dia mulai mengajakku rutin fitness dan kumpul-kumpul bersama teman-teman. Memang kuakui, sejak aku punya jadwal petting sama Andi, aku jadi jarang fitness dan kumpul bareng teman-teman sepermaianan. Aku jadi sibuk berdua dengan Andi.
Dengan aktif kembali ke kegiatanku semula, aku dapat menahan nafsuku. Seharian di fitness center membuat badanku lelah dan tidak berpikiran untuk orgasme. Apalagi teman-teman mulai menyiapkan pesta lagi menyambut paskah. Aku ikut sibuk membantu ‘panitia’ persiapan sehingga jarang berduaan dengan Andi.
Namun dengan berkurangnya frekuensi orgasmeku, aku jadi punya kebiasaan aneh. Aku sendiri sering heran dengan diriku sendiri. Aku merasa puas dan senang kalau ada teman pria yang melihatku dengan pandangan kagum dan berhasrat. Maka aku sering menggunakan pakaian yang seksi. Kadang aku menggunakan pakaian berleher rendah, sehingga kalau aku menunduk, orang di depanku dapat melihat BH dan bagian depan tubuhku. Aku paling sering melakukan itu pada David. Karena David orangnya sangat lugu dan tidak berani pada wanita. Wajahnya selalu merah kalau aku, Rosa dan Dewi menggodanya habis-habisan.
Kadang aku menggunakan rok mini dan kaos ketat, sehingga teman-temanku mencuri-curi pandang padaku. Tapi aku memamerkan tubuhku hanya pada teman-temanku saja. Aku tidak pernah menggunakan pakaian seperti itu di tempat umum. Paling kalau kami kumpul-kumpul ke rumah teman.
Kunjungi Juga CeritaSexDewasa.Org
Hal yang paling mengasyikkan dan mendebarkan yaitu kalau aku tidak mengenakan celana dalam di balik rokku. Aku beberapa kali melakukan di sekolah dan waktu kumpul-kumpul di rumah teman.
Suatu hari aku merasa libidoku meningkat. Aku bingung bagaimana memuaskan diri. Jam menunjukkan pukul 11.45. Di sekolahku, seluruh anak kelas 2 masuk siang. Jadi tidak mungkin untuk menelpon Andi. Kemudian timbul ide untuk tidak menggunakan celana dalam. Segera kulepas celana dalamku dan kumasukkan ke dalam tas. Aku merasa tegang waktu melakukannya. Aku berpikir betapa asyiknya berada di tengah orang-orang tanpa menggunakan celana dalam namun mereka tidak menyadarinya. Aku tertawa dalam hati.
Aku segera berpamitan dengan Mamaku dan menuju ke depan garasi. Supirku sudah menunggu di balik kemudi. Aku duduk tepat di belakang bangkunya.
“Siang non.” sapanya.
Aku membalasnya dan kami berbincang-bincang singkat. Dalam hatiku aku bertanya-tanya, apakah supirku tahu kalau aku tidak pakai celana dalam. Di perjalanan aku mulai menyingkap rokku pelan-pelan. Dengan tegang kulihat arah kaca spion. Kulihat arahnya tepat ke kaca belakang. Berarti ok.
Aku melebarkan kakiku. Kulihat reaksinya. Di diam saja. Kusingkap rokku sampai ke atas. Kemaluanku menyembul dari balik rokku. Cepat-cepat kututup rokku dengan tegang. Aku melihat belakang kepala supirku dengan cermat. Apakah dia kelihatan ya? Tapi setelah menunggu sekian detik ternyata tidak ada respon. Aku mengulanginya lagi. Kali ini langsung kugulung ke atas. Wajahku kubuat setenang mungkin. Kemaluanku terpampang jelas. Aku mulai menikmatinya.
Aku melihat ke samping kiri kanan mobil, ke arah kendaraan lain yang lewat. Aku tidak perlu khawatir karena kaca mobilku dilapisi kaca film yang tidak dapat kelihatan dari luar.
Aku seakan-akan berkata kepada orang-orang di luar, “Inilah pameran vagina paling vulgar abad ini.”
Hihihi. Aku geli sendiri membayangkan kegilaanku.
Aku mulai mengajak ngobrol supirku. Aku bertanya tentang anaknya yang mulai masuk sekolah. Aku membayangkan bagaimana kalau dia tahu ada seorang gadis memamerkan kemaluannya tepat di belakangnya. Aku jadi semakin terangsang. Kemaluanku berdenyut-denyut. Apalagi AC mobil yang dingin semakin menambah gairahku. Kuelus-elus perlahan rambut kemaluanku. Geli sekali. Aku menahan kegelianku agar raut wajahku tidak terlihat dari kaca spion.
Tidak terasa sudah mendekati sekolah. Terpaksa kuhentikan ‘kegiatanku’ dan kurapikan rokku. Setelah mengucapkan terima kasih pada supirku, aku turun dan menuju gerbang sekolahku. Kudekap map tempat tugasku di dadaku. Perasaan tegang dan gairah yang menggebu-gebu semakin menjadi-jadi. Tidak pernah terbayangkan kalau aku, Cindy, cewek yang selalu tampil anggun dan modis ini, berani tidak menggunakan celana dalam di sekolah.
Aku melewati tatapan mata serombongan anak kelas 3 yang sedang menunggu jam praktikum. Aku termasuk cewek yang ngetop di angkatanku, jadi sebenarnya hal itu biasa terjadi. Tapi karena aku sedang dalam keadaan tegang, tatapan mereka serasa menelanjangiku. Aku merasa seperti mereka memandangi daerah kemaluanku. Aku jadi penasaran apakah kelihatan kalau aku tidak bercelana dalam? Apakah belahan pantatku tercetak di rokku? Aku segera mempercepat langkahku. Dan berpikir untuk menghentikan ini semua.
Di kelas perasaanku jadi lebih enak. Aku membatalkan niatku untuk memakai celana dalamku. Kali ini aku mengajak Dewi duduk di bangku paling depan pojok. Aku duduk merapat di dinding kelas. Rosa sahabat baikku yang sedang bercanda dengan Samuel heran melihatku duduk di bangku yang tidak biasanya.
Dia menghampiriku dan menanyaiku. Aku hanya bilang kalau aku lagi suntuk dan mau melamun saja di kelas. Kalau duduk di belakang sering jadi incaran guru-guru dengan pertanyaan. Rossa mengangguk angguk dan mengajak Renny duduk di belakangku dan Dewi. Kali ini aku lebih memilih duduk dengan Dewi karena Dewi lebih tenang dan memperhatikan pelajaran dengan serius. Kalau duduk dengan Rossa yang sering mengajak ngobrol bisa barabe.
Ketika bel tanda pelajaran berbunyi dan guru masuk, perasaan gairahku kembali mengganggu. Aku mulai membuka-buka kedua kakiku. Kemudian doa mulai. Doa dipimpin dari kantor guru dan disalurkan lewat pengeras suara di masing-masing kelas. Anak-anak yang lain menundukkan kepala. Entah berdoa sungguh atau tidur sejenak. Aku segera menundukkan kepalaku dalam-dalam. Tangan kiriku kumasukkan ke rokku dan kupermainkan kemaluanku. Aku merasa asyik dan nikmat.
“Aaahh..” aku mendesah perlahan.Cerita Sex Terbaru
Jari tengahku kuusapkan ke klitorisku. Sebab inilah titik paling nikmat dari seluruh kemaluanku. Aku memainkan klitorisku pelan-pelan. Memutar dan naik turun.
Tidak terasa waktu doa yang dipimpin guru fisikaku selesai. Aku segera menghentikan perbuatanku. Kulihat guru sejarahku mulai pelajaran pertama. Dia berjalan di depan kelas mondar mandir sambil mencoret-coret di papan tulis. Tiap kali dia menulis di depanku aku membuka kakiku lebar-lebar. Kalau dia membalikkan badannya aku menutup kakiku lagi. Aku merasakan diriku benar-benar berani melakukan perbuatan ini. Aku jadi semakin panas dan menggelora. Tiap kali aku hampir terlambat merapatkan kaki kalau guruku membalikkan badan membuat hatiku berdebar-debar aneh.
Saat istirahat, aku berkumpul bersama teman-teman di kantin soto kebanggaan sekolahku yang terkenal. Kami berkumpul dan ‘ngrumpi’ bersama. Aku berdebar-debar memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi kalau mereka tahu aku tidak pakai celana dalam. Kadang aku melebarkan sedikit kakiku di hadapan teman-teman lakiku. Namun mereka tidak mungkin melihat karena kami duduk berdekatan. Sekali waktu secara perlahan aku menekan dan menggeser-geserkan kemaluanku di bangku warung. Asyiiik sekali. Sensasi ini membawa diriku serasa di awang-awang.
Saat pulang sekolah, aku merayu-rayu Andi untuk mengantarkan aku pulang. Soalnya aku ingin ke Mc. D. Andi menyetujuinya. Pelajaran terakhir Andi adalah olahraga. Kupikir betapa tidak enaknya olahraga malam-malam. Setelah Andi selesai ganti pakaian, dia menyuruhku menunggu sebentar. Dia mau ke ruang PMR dulu menemui anggotanya untuk memberikan lembaran jadwal kegiatan minggu depan. Andi adalah ketua PMR periode tahun ini.
Aku menunggu sekitar sepuluh menit kemudian. Setelah para anggota PMR pulang, aku masuk ke ruang mereka. Ruangan ini tidak luas. Bentuknya persegi panjang. Banyak lemari dan rak dengan barang yang melebihi muatan sehingga berceceran di mana mana. Ada meja panjang satu dengan tiga buah kursi kayu. Di samping kanan ada jendela besar dengan kaca agak gelap menghadap kebun milik laboratorium biology dan perpustakaan. Ruang ini bersebelahan dengan ruang kantin siswa.
Kulihat Andi mencari-cari sesuatu di salah satu rak.
“Cari apa?” tanyaku.
“Aku sedang mencari barang barangku yang sempat dipinjam buat kemping anak kelas satu.” katanya.
Dia menyebutkan barang-barang yang dimaksud. Aku berkata kalau aku mau membantu mencarikan di rak paling atas.
Tiba-tiba aku punya ide menarik. Aku naik ke meja dan minta Andi memegang mejanya. Aku segera naik. Andi menghampiriku. Sambil berdiri di samping kakiku dia memegang meja. Aku pura-pura mencari di rak paling atas. Kulihat Andi tidak melihat ke arahku. Aku segera mengajak ngomong. Andi mendongakkan kepalanya ke atas membalas omonganku. Pertama dia tidak melihat. Terus dia menggoda mau melihat celana dalamku. Andi memasukkan kepalanya ke dalam rokku. Aku pura pura menutup rokku dan menjerit perlahan. Namun sesungguhnya aku tertawa dalam hati.
Andi segera mengeluarkan kepalanya dengan terkejut.
“Kamu nggak pakai celana dalam?” tanyanya.
Aku tidak mau Andi tahu kalau aku punya keinginan yang agak aneh itu. Aku bilang kalau tadi habis pipis celana dalamku basah. Kan tidak baik pakai celana dalam basah. Bisa kena jamur.
Aku senang ketika Andi terpana dan mengatakan betapa beraninya aku tidak pakai celana dalam di sekolah. Bagaimana kalau ada yang melihat? Bagaimana kalau aku jatuh dan rokku tersingkap? Oops aku juga nggak berpikir sejauh itu. Tapi sudah terlanjur. Aku tidak akan mengulanginya lagi, pikirku. Aku hanya berharap Andi mau memuaskanku sehingga gairahku tidak menyiksa seperti ini.
Tidak disangka Andi tertarik juga. Dia melihat sekeliling yang sudah sepi, kemudian dia menutup pintu dan diganjal dengan pasak tenda. Lampu dimatikan, namun jendela dibiarkan terbuka. Sebab tidak ada tirainya. Namun tidak masalah karena di dalam lebih gelap daripada di luar. Andi memelukku perlahan dan mencium pipiku. Kemudian menciumi leherku terus sambil memasukkan tangannya ke dalam seragamku. Aku terenggah-enggah. Andi tidak pernah mencium mulutku. Takut kalau malah jatuh cinta padaku. Padahal aku ingin sekali berciuman mulut seperti di film-film romatis.
Sekilas kucium bau tubuhnya yang berkeringat. Bau khas pria. Tapi agak kecut karena habis olahraga. Andi mempermainkan payudaraku dengan kedua tangannya. Dia berdiri di belakangku dan tangannya masuk menerobos BH-ku. Aku merasa payudaraku diremas-remas dengan lembut. Putingku digosok-gosok dengan ujung jarinya.
“Uuuh.. enak Ndi..” kataku sambil memejamkan mata.
Andi menarik rok abu-abuku tinggi-tinggi dan menahan dengan tangannya. Kemudian dia memandangi kemaluanku. Aku merasa asyik kemaluanku dipandangi. Lalu dia mulai menjilati rambut di atasnya sampai basah kuyup. Tiba-tiba Andi menarikku mendekati jendela, menaikkan aku di kursi dengan pantat menghadap ke jendela. Aku masih bingung ketika Andi menyuruhku menundukkan badanku sambil berpegangan pada meja kayu di depanku.
Dalam posisi pantatku nungging menghadap ke luar, Andi menyingkap rokku dan sepertinya mempertontonkan kemaluanku dan pantatku keluar. Dengan dua tangannya Andi menyibak pantatku sehingga pantat dan kemaluanku terbuka lebar dan menempel di kaca jendela.
Kemudian seakan Andi tahu keinginanku, dia berkata,
“Selamat menonton pinggul indah Cindy yang padat berisi, mari menonton semua, gratis!”
Aku pura-pura meronta-ronta dan meyuruh Andi menghentikan perbuatannya. Tapi dia malah menjilati pantatku dan meremas-remas pantatku.
Meski aku tahu kalau tidak ada siapapun di luar, namun aku membayangkan banyak anak anak di sekolahku lalu lalang. Aku memejamkan mata sambil melamun dan membayangkan semua orang berhenti dan memandangi kemaluanku dari belakang. Tangan-tangan mereka mulai menjamah dan meremas pantat dan kemaluanku. Dan mulutnya berebut menciumi kemaluanku.
“Oooh” Rasa penasaran, hasrat, gairah yang kupendam dari siang rasanya tertumpah saat ini.
Aku menikmati Andi menjilati pantat dan kemaluanku. Rupanya Andi juga memendam hasrat yang sama. Bukan aku saja.
Kemudian posisiku dibalik. Sekarang aku menghadap jendela. Aku duduk di kursi dengan kaki terbuka lebar menghadap jendela. Kakiku ditekuk. Sehingga kemaluanku hampir menempel di jendela.
Andi dari belakang menggosok-gosokkan jarinya dan sesekali membuka bibir kemaluanku sambil berkata, “Inilah dia, vagina paling indah dan merangsang dari SMA ini, sentuh dan nikmatilah cairannya!”
Aku memejamkan mata dan membayangkan di depanku banyak orang melihat ke kaca. Aku membayangkan tangan Andi adalah tangan anak-anak SMA yang ingin menyentuh kemaluanku. Meremas, menggosok, mencubit, dan mengelus-elus bulu kemaluanku. Perasaanku melonjak-lonjak. Imajinasiku mengembang terus. Kemaluanku berdenyut-denyut. Andi meremas-remas payudaraku dengan tangan kirinya. Aku mulai kehilangan kontrol. Aku hampir menjerit.
Setelah puas mempertontonkan diriku di jendela, aku digendong dan ditidurkan di atas meja. Kakiku dibuka lebar dan mulai dijilati lagi. Lidahnya masuk keluar naik turun sambil tangan satunya memainkan klitorisku. Jempolnya memutar-mutar klitorisku dari atas. Aku melengkungkan badanku dan terhentak-hentak. Andi mulai memasukkan kemaluanku dalam mulutnya dan menyedotnya habis. “Uhhh..” ini yang aku tunggu. Cairan vaginaku serasa tersedot keluar semua. Mulutnya menyedot dan mengendor secara kontinyu. Kadang jarinya membuka lebar bibir kemaluanku dan dijilatinya bagian dalamnya. Enak sekali.
Andi tampaknya sudah tidak tahan. Dia mengeluarkan burungnya dan menggosok-gosokkan bagian belakang burungnya di antara bibir kemaluanku. Naik turun menggeser-geser klitorisku.
“Ahh..” aku menjerit pelan.
Ini pertama kalinya burungnya menyentuh kemaluanku. Basah, hangat dan menggelikan. Aku ikut menggerak-gerakkan pinggulku dengan liar. Andi terenggah-enggah dan mendengus-dengus. Persis seperti pemain BF yang pernah kutonton. Aku terus menikmati gerakan-gerakan dan sentuhan sentuhan permukaan burung dan kemaluanku sambil memejamkan mata.
Akhirnya aku orgasme. Otot-otot kemaluanku menegang, merapat, kakiku serasa tidak kuat menahan dorongan ini, aku berusaha menahan selama mungkin. Akhirnya sambil mencengkram pinggiran meja aku melepaskan tekanan ini.
“Uahhh..” rasanya lebih nikmat dari biasanya.Cerita Sex Terbaru
Padahal permainan ini berjalan lebih singkat. Mungkin tidak sampai sepuluh menit. Atau karena menahan hasrat dari siang aku jadi begini. Aku lemas sekali dan loyo. Bibir kemaluanku rasanya tambah tebal dan berdenyut-denyut. Pantatku mengejang dan merapat.
Andi tetap menggosokkan burungnya ke kemaluanku. Aku tergeli-geli. Aku menjauhkan burungnya dari kemaluanku saking gelinya. Bayangkan, sudah orgasme masih digosok-gosok. Tapi Andi tetap memegangi pinggulku dan menggosok-gosokkan burungnya. Saking gelinya, kakiku mendorong Andi. Dengan sisa tenaga yang kuhimpun aku berusaha duduk di kursi dan menyuruh Andi tidur di meja.
Dari posisi menyamping aku melihat burung yang tegak dan besar mengkilat terkena cahaya bulan. Aku mulai menggosok kepalanya. Kuberi ludah dan mulai kumasukkan ke mulutku. Kuhisap perlahan lahan, naik turun, sambil terkadang memutar ke kanan dan ke kiri. Lalu aku melihat bagian belakang kepala burung ada bagian seperti daging yang menyambungkan kulit dari kepala ke batang burungnya. Aku menjilati bagian itu dengan punggung lidahku secara perlahan dari bawah ke atas. Naik, naik lagi dan naik lagi. Andi gemetaran hebat. Konon ini adalah klitorisnya pria. Aku jadi bersemangat menjilati bagian itu sambil tanganku mengocok batang burungnya. Andi mengejan, pantatnya mengeras.
Kemudian Andi menyuruhku naik ke meja dengan posisi saling berbalik. Aku agak bingung pertama. Lalu aku mulai mengerti. Aku nungging dan perlahan lahan kuturunkan pinggulku pas di mulutnya Andi. Pertama pas di hidung. Hidungnya masuk di antara kemaluanku. Tapi Andi malah menggerak-gerakan hidungnya naik turun. Geli juga sih, tapi masih enakan kalau lidahnya. Tiba-tiba Andi membuka bibir kemaluanku dan memasukan lidahnya di antaranya. Kemudian digerakkan lidahnya keluar masuk. Aku tersentak karena kemaluanku masih geli. Namun lama-lama kegelian itu berubah menjadi kenikmatan. Aku sampai memejamkan mataku.
Aku baru ingat kalau masih mengerjai burungnya Andi. Aku meneruskan pekerjaanku. Kami dalam posisi terbalik. Asyik juga. Ini posisi baru yang nikmat. Kami dapat saling merangsang. Aku meneruskan permainan mulutku. Kuhisap naik turun terus menerus, kemudian kujilat dari atas sampai pangkal burung. Beberapa kali kujilati dan kukulum telurnya. Andi tidak diam saja. Merasa dia tidak dapat menahan lebih lama lagi, dia mempercepat ritme gerakannya. Kemaluanku disedot sekuat-kuatnya sambil lidahnya menyapu seluruh permukaan bibir kemaluanku. Aku tersentak keenakan. Namun Andi tidak membiarkan aku bernapas.
Dia segera mengeluarkan lidahnya dan dengan ujung lidahnya menjilati klitorisku. Berputar-putar dan naik turun.
“Aaahh” Aku merasa geli sekali. Aku menahan diri agar tidak teriak.
Sambil menahan geli yang tidak terkira, secara tidak sadar aku mengocok burung Andi dengan cepat pula. Andi bergetar-getar ditindih badanku. Ketika kakinya membuka, sambil mengocok burungnya, kepalaku masuk di antara kakinya dan kujilati bagian bawah telurnya. Gantian Andi yang hampir berteriak saking gelinya.
Andi tidak mau kalah. Dengan bantuan tangan, Andi meremas pantatku sehingga membuat pantat dan bibir kemaluanku menganga lebar. Andi menjilati kemaluanku lagi sambil jarinya memijat-mijat lubang anusku. Wow enak sekali jarinya memijat lubang anusku. Aku jadi sangat terangsang. Sambil mengulum burungnya, kugerak-gerakkan pinggulku ke depan dan ke belakang dengan liar mengikuti arah jilatan lidahnya. Jarinya terasa menusuk-nusuk anusku. Saking nikmatnya sampai aku orgasme yang kedua kalinya. Bibir kemaluanku dan lubang anusku rasanya berdenyut-denyut. Aku tidak pernah orgasme dua kali sebelumnya.
Tidak selemas yang pertama, aku masih dapat meneruskan kocokanku. Sampai akhirnya Andi bilang kalau sudah mau keluar, aku segera memasukkan burungnya ke mulutku. Aku merapatkan bibirku sekuatnya dan kugerakkan kepalaku naik turun agak cepat. Tanganku mengelus-elus telurnya dan kadang mengocok batang burungnya. Beberapa saat kemudian aku merasa spermanya menyemprot keras ke dalam mulutku dan tenggorokanku hingga hampir tertelan. Aku tetap tidak mengeluarkan burungnya dari mulutku. Aku terus menaik turunkan kepalaku selama spermanya tidak berhenti keluar. Tapi kuturunkan kecepatannya perlahan-lahan.
Baca Juga Cerita Seks Sepupuku
Banyak sekali spermanya. Mulutku sampai kepenuhan sehingga menetes lewat samping mulutku. Rasanya khas dan agak asin. Setelah spermanya habis, burungnya mulai melemas, aku menarik burungnya keluar. Andi tergeletak loyo. Aku bingung tidak dapat bicara. Sebab mulutku penuh. Aku bingung mau dibuang ke mana. Masak aku keluar ke kamar mandi dengan keadaan seperti ini. Andi tergeletak tidak bertenaga. Padahal aku sudah menggapai-gapai tangannya. Tapi dia tetap tidak bangun.
Karena aku bergerak-gerak, tidak sengaja spermanya tertelan sedikit. Oops. Aku menelan sperma. Rasa hangat melewati tenggorokanku. Karena kaget, spermanya malah tertelan semua. Kemudian dengan panik aku membangunkan Andi. Aku takut hamil. Andi juga ikut bingung.
“Lho. Kok bisa kamu telan Cin?”
Aku tidak sengaja jawabku. Andi kemudian memberitahu kalau sperma yang ditelan itu masuk ke pencernaan.
“Nggak Papa, cuma tambahan protein. Biar tambah sehat.”
Kemudian dia tertawa terbahak-bahak. Aku memukulnya sambil pura-pura marah.
Setelah merapikan diri, aku bingung bagaimana keluarnya. Tapi Andi berkata menerangkan bahwa anggota PMR sering pulang paling malam. Jadi sudah biasa. Setelah memberesi barang miliknya, kami keluar pelan-pelan dari ruang PMR, melihat kiri kanan dahulu, kemudian menyusuri kebun laboratorium biologi, melewati kantin dan menuju pintu keluar. Kulihat beberapa pegawai sekolah yang menginap sedang berkumpul di pos satpam menonton TV.
Di depan sekolah hanya tinggal mobil Andi. Dengan santai Andi pamit ke satpam dan para karyawan sambil menerangkan bahwa kami habis membereskan ruang PMR. Mereka hanya mengangguk dan bergurau sejenak dengan Andi. Aku jadi lega. Aku takut ada yang melihat perbuatan kami. Akhirnya kami berangkat ke Mc. D. di Plaza Surabaya sebelum pulang.
Akhirnya dapat kusimpulkan. Semakin aku menahan hasrat, semakin tinggi dorongan seksualku. Sehingga membuatku ingin melakukan tindakan-tindakan yang aneh-aneh dan nekat. Aku tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi kalau ada yang tahu kalau aku pernah tidak bercelana dalam di sekolah. Meskipun saat itu aku kapok mengulanginya, namun aku masih melakukannya beberapa kali lagi meskipun sensasinya tidak seheboh yang pertama.- Cerita Sex, Cerita Seks, Cerita Sex Terbaru, Cerita Porno, Cerita Sex Dewasa, Cerita Panas Indonesia, Cerita Hot Terbaru, Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Porno, Kisah Seks.