Cerita Sex Terbaru | Di Cengkareng seseorang sudah menunggu kedatanganku dan kami langsung meluncur menuju Hotel Regent
yang letaknya aku sendiri tak tahu dimana, yang jelas di Jakarta. Ini adalah pertama kali aku mendapat
bookingan untuk terbang melayani tamu di Jakarta, bagiku tamunya sih tidaklah luar biasa meskipun
tergolong VIP, sudah biasa kulakukan, tapi yang agak beda adalah aku yang terbang menemui dia.
“Tolong layani dia dengan baik, dia seorang pejabat tinggi di negeri ini” begitu pesan penjemputku
yang merupakan orang suruhan GM yang mengatur perjalanan dan booking-anku.
Sesampai di hotel kami langsung menuju ke kamar yang sudah disiapkan, ditinggalnya aku sendirian
menunggu tamuku yang katanya pejabat tinggi itu, dia menunggu beliau di lobby. Jarum jam menunjuk ke
angka 11:30, mungkin nanti baru jam 12.00 tamuku akan datang, berarti ada waktu 30 menit untuk
menyegarkan diri di bathtub.
Sebelum aku beranjak menuju kamar mandi, terdengar telepon berdering, segera kuangkat.
“Halo, Selamat Siang, ini Lily?” Tanya suara dengan nada berat.
“Siang, betul saya sendiri, ini siapa?” tanyaku balik, padahal hanya GM dan tamuku saja yang tahu
keberadaanku.
“Bapak sebentar lagi nyampe, mungkin 15 menit lagi, kamu santai aja dulu menunggu beliau”
“Siap Boss ” jawabku santai, kubatalkan acara ke kamar mandi.
Sambil menunggu kedatangan beliau, kurapikan make up yang agak berantakan selama perjalanan di
pesawat.
Ternyata tak sampai 15 menit bel kamar berbunyi, segera kusambut kedatangan beliau yang katanya
pejabat tinggi itu. Didampingi seorang ajudan dan orang yang menjemputku tadi, masuklah bapak pejabat
itu, segera kukenali bahwa dia adalah seorang Menteri yang masih aktif pada sebuah departemen yang
cukup disegani, namanya sebut saja Pak Usman.
“Bapak tidak punya waktu, temani dia dengan baik, oke” pesan yang sama kuterima lagi,
“Beres Boss” jawabku singkat, karena dia bukanlah pejabat tinggi yang pertama kali kulayani, jadi tak
ada rasa canggung atau minder berhadapan dengan beliau.
“Pak kita di lobby, kalau ada apa apa just call me” katanya pada Pak Usman lalu mereka meninggalkanku
berdua.
Aku maklum, sebagai seorang Menteri tentu acaranya sangat padat tapi masih sempat juga dia meluangkan
waktu untuk kesenangan dunia yang satu ini.
Kami mengobrol ringan, biasa sekedar menghilangkan kekakuan pada orang yang pertama kali bertemu.
Seperempat jam berlalu, Pak Usman sudah menggeser duduknya di sebelahku, kusandarkan kepalaku di
pundaknya, beliau membalas dengan rangkulan dan elusan di rambut.
“Kulepas dulu ya Pak, biar nggak terlalu ribet dan lebih santai” kataku sembari melepas blazer hitam
yang menutupi tubuhku.
Sesuai pesan dari GM yang mem-booking, aku diminta mengenakan pakaian resmi seperti orang kantoran,
biar nggak terlalu mencolok, katanya. Kuturuti permintaannya, kukenakan setelan Blus merah tanpa
lengan dipadu dengan rok hitam yang sedikit di atas lutut, Blazer hitam menutupi bagian atasku
ditambah stocking sewarna kulit menghiasi kakiku.
Pak Usman menarikku dalam pangkuannya, diciuminya pipi dan leher jenjangku, tangannya sudah
menggerayang di daerah dada, meraba dengan remasan ringan. Kami berciuman, tangan beliau sudah
menyelinap di balik blus merahku, remasannya semakin keras. Aku merosot dari pangkuannya, berlutut
diantara kakinya, sengaja kugoda dengan membuka resliting celananya dan kukeluarkan kejantanan yang
sudah tegang mengeras. Tidak ada yang special, sama dengan umumnya tapi not so bad untuk seusia
beliau, kuremas dan kupermainkan jari jemariku pada penisnya, beliau mulai mendesis, matanya melototi
tanganku yang putih terampil bermain di penis coklatnya.
“Masukin” perintah beliau pelan tapi tegas seperti memerintah anak buahnya, agak ragu aku
melakukannya, apalagi dengan penis yang coklat kehitaman, terkesan kurang bersih.
Melihat keraguanku, Pak Usman memegang kepalaku, ditekannya ke arah penis hingga wajahku menempel di
selangkangannya.
Sambil mengumpat dalam hati aku hanya tersenyum manja mendapat perlakuannya, bukan sekali ini kualami
perlakuan kasar dan sok kuasa dari tamuku, mentang mentang aku dibayar, semua kupendam dalam dalam,
anggap saja sebagai resiko pekerjaan.
“Lepas dulu bajunya Pak, ntar kusut” kucoba mengalihkan perhatian dengan mencopot baju safarinya.
Sesaat aku terbebas dari tekanannya, kulepas baju dan celananya sekaligus, akupun ikutan melepas blus
dan rok-ku, menyisakan bikini merah tua dan stocking.
Kucoba menarik perhatiannya dengan menonjolkan ke-sexy-an tubuhku, dengan gerakan erotis satu persatu
kulepas sisa sisa penutup tubuhku, tali bra merosot ke lengan, perlahan kuturunkan dan kulepas hingga
terpampanglah kedua bukit indahku, celoteh kekaguman keluar dari mulut beliau.
Aku sengaja ingin membuatnya terpesona akan kemolekanku, supaya terhindar dari paksaan permainannya,
bagiku lebih baik dia yang aktif menikmati tubuhku dari pada aku harus terjebak alur permainan yang
tidak aku sukai, apalagi dengan beliau yang usianya lebih tua dari Papaku.
Bra yang sudah terlepas kulempar ke muka beliau, dia tersenyum saja, saat kusodorkan kedua buah dadaku
di hadapannya, tangannya langsung meraih dan meremas remas gemas sambil mempermainkan putingku.
Langsung kuraih kepalanya yang agak botak dan kubenamkan di dada, beliau menuruti kemauanku, lidahnya
menjilati putingku secara bergantian lalu mengulum dengan penuh nafsu.
Tangannya yang mulai menjelajah di selangkanganku kutepis halus, belum waktunya, bisikku. Aku kembali
menjauh melanjutkan gerakan menggoda, pelan pelan kulorotkan celana dalam mini yang masih menempel,
tapi sebelum benar benar terlepas Pak Usman menerkamku, hamper terjatuh aku dibuatnya, untung dengan
sigap beliau menangkap tubuhku, dan kamipun terjatuh di ranjang sambil tertawa lepas. Kami berangkulan
bergulingan di ranjang, beliau melumat bibirku dengan ganas. Aku menggelinjang geli ketika ciumannya
menyusuri leher dan dadaku, kuluman kasar penuh nafsu bermain main di puncak bukitku, terasa agak
nyeri dengan kekasarannya.
Kubiarkan dia menjamah seluruh tubuhku dengan bibir, lidah dan tangannya, bahkan ketika dua hingga
jari tangannya mengocok vaginaku, akupun hanya mendesah pasrah menerimanya. Beberapa kali turun naik
dari kepala hingga kaki dia menjelajah seluruh tubuhku, termasuk punggung dan pantat, sepertinya tak
ada sejengkalpun tubuhku yang terlepas dari jamahannya, tak kusadari kalau stockingku sudah tidak
berada ditempatnya.
Puas menikmati tubuhku, kutuntun penisnya ke selangkangan, tanpa usapan pemanasan beliau langsung
melesakkan kejantanannya ke liang senggamaku. Aku tersentak kaget dengan kekasarannya, tapi tak
berlangsung lama saat Pak Usman mulai kocokannya dengan tempo tinggi. Kejengkelanku perlahan lahan
berubah menjadi kenikmatan beberapa menit kemudian, ternyata alunan permainannya berhasil membuaiku
mengarungi lautan nikmat bersama sama, desahankupun mulai terdengar penuh gairah.
Kuangkat kedua kakiku yang masih bersepatu ke pundaknya, beliau tersenyum sambil mempercepat
sodokannya, aku menggeliat nikmat seraya meremas remas buah dadaku sendiri. Belum sempat aku menggapai
puncak kenikmatanku, ketika Pak Usman tanpa tanda tanda langsung menyemprotkan spermanya ke vaginaku,
kurasakan cairan hangat membasahi dan memenuhi liang senggamaku, ada sedikit kecewa tapi bukanlah
hakku untuk menuntut lebih. Kuraih penisnya saat ditarik dari vaginaku, dengan mengabaikan rasa jijik
kukocok dengan tanganku, beliau menjerit geli, lalu kuusapkan ke buah dadaku.
“Kamu memang nakal dan pandai menggoda orang” komentarnya, aku hanya senyum senyum saja seraya
beranjak ke kamar mandi membersihkan diri.
Ketika aku keluar, Pak Usman sudah berpakaian rapi bersiap untuk pergi.
“Lho kok buru buru sih Pak, kan masih belum jam satu” aku merajuk bergelayut di lengannya menggandeng
duduk kembali di sofa.
Masih telanjang kutemani beliau menghabiskan waktu hingga jam satu, masih 20 menit lagi, meski aku
tidak terlalu menikmati bercinta dengannya, tapi sudah tugas pekerjaanku untuk membuatnya merasa
perkasa dan dibutuhkan. Dua batang rokok sudah beliau habiskan sambil ngobrol, mendekati pukul satu
tanganku menggerayangi selangkangannya, sudah kembali tegang, apalagi melihat aku yang selalu
telanjang disampingnya.
“Sekali lagi ya Pak” rayuku seolah aku ketagihan dan minta lagi.
“Jangan waktu kembali ke kantor” tolaknya tanpa berusaha menghentikan tanganku yang membuka resliting
dan mengeluarkan penisnya. Matanya terpejam ketika tanganku mengocoknya.
“Sebentar aja ya Pak” kataku, tanpa menunggu jawabannya aku lansung ambil posisi di pangkuannya, kami
saling berhadapan.Cerita Sex Terbaru
Kubasahi penisnya dengan ludahku, begitu tubuhku turun, kembali penisnya amblas dalam vaginaku. Aku
diam sesaat mengamati expresi kenikmatan yang terpancar diwajah beliau, kupeluk kepalanya dan
kutempelkan di antara buah dadaku.
Pantatku bergerak maju mundur mengocok penisnya, beliau mendesah, semakin cepat goyanganku, semakin
deras desahannya. Beliau membalas dengan sedotan kuat pada putingku bergantian.
Goyanganku makin cepat bervariasi, maju mundur lalu berputar kemudian berbalik arah, dan tak lebih
dari lima menit beliau sudah mengerang orgasme, tubuhnya kaku mencengkeram pantatku, kurasakan
denyutan yang tak sekeras sebelumnya, hanya enam denyutan lalu menghilang. Aku masih belum beranjak
dari pangkuannya hingga napasnya normal kembali, dengan hati hati aku turun supaya tidak ada sperma
yang tercecer ke pakaiannya, tapi tetap saja beberapa tetes keluar mengenai celananya, beliah hanya
tersenyum menepuk pantatku.
“Kamu memang nakal” katanya sambil mencubit kedua pipiku.
“Udah dulu ya, ntar Bapak terlambat ke kantor ” kataku menggoda saat membersihkan penis dan kukecup
lalu memasukkan kembali ke celananya.
Kuperiksa kerapihan pakaiannya sebelum meninggalkan kamar.
“See you nanti sore selepas jam kantor” katanya sehabis mengecup bibirku dan keluar kamar.
“Dasar si tua tak tahu diri” gerutuku sepeninggal beliau.
Kuhabiskan setengah harian di kamar tanpa keluar, menunggu kedatangan Pak Usman nanti sore, makan
siang kupesan dari Room Service. Setelah mandi membersihkan diri, kurebahkan tubuhku di ranjang hingga
tertidur. Tapi tidurku tak bisa nyenyak, lebih dari 4 kali Pak Usman maupun suruhannya meneleponku,
baik melalui HP maupun ke hotel, sekedar menanyakan apakah sudah makan atau apakah ingin jalan atau
pertanyaan lainnya yang menunjukkan perhatiannya.
Namun semua itu bagiku adalah cerminan ketidak percayaan padaku, mungkin mereka mengira kalau aku akan
pergi menerima tamu lainnya selama Pak Usman tak ada. Tentu saja aku tak pernah melakukan itu, aku
harus bersikap professional dan loyal pada tamu yang sudah mem-booking.
30 menit sebelum pukul 5 sore, aku bersiap menyambutnya, kukenakan lingerie hitam yang sexy tanpa bra
dan bikini lagi, sungguh kontras dengan kulit putihku. Aku ingin memberinya kejutan saat beliau masuk
ke kamar ini. Tepat pukul 5 sore Pak Usman sudah berada kembali di kamar ini, rupanya dia tidak mau
membuang waktu dengan percuma, begitu jam kerja berakhir lansung meluncur ke hotel yang letaknya hanya
10-15 menit perjalanan. Sorot kekaguman dan sejuta pujian langsung terucap melihat penampilanku yang
begitu erotis dan menantang, kulihat beliau menelan ludah seperti kucing yang melihat ikan siap santap
di atas meja.
Pak Usman langsung memelukku, dengan sepatu hak tinggi yang kukenakan, relative aku lebih tinggi,
bibir beliau yang berada tepat di leherku segera beraksi, menciumi leher dan bahu hingga lengan.
Sambil bersandar di dinding, kubiarkan Pak Usman menyusuri seluruh lekuk tubuhku dengan bibir dan
lidahnya, tangannya bergerilya menjarah di daerah selangkangan dan jarinya langsung menyelinap di
liang kenikmatanku yang tidak mengenakan celana dalam. Kubuka kakiku lebih lebar, aku ingin menikmati
bagaimana kepala Pak Menteri yang terhormat berada di selangkanganku, moment itulah yang paling aku
sukai kalau melayani pejabat tinggi.
Pak Usman dengan rakus melahap kedua buah dadaku, disedot dengan kuatnya, aku menggelinjang geli.
Begitu bernafsunya beliau mengulum hingga tubuhku terdorong ke belakang, terduduk di meja sebelah TV.
Ciuman Pak Usman sudah berpindah ke paha, lingerie yang kukenakan tak diijinkan dilepas meski sudah
acak acakan menempel di tubuhku.
Moment yang kutunggu dari tadi kian dekat, semakin menjadi kenyataan saat beliau mulai menjilati
klitoris dan bibir vaginaku. Kubentangkan kakiku semakin lebar, semakin masuk pula kepala beliau di
selangkanganku. Lingerie yang dari tadi tersingkap di perut kututupkan di atas kepala beliau, hingga
hanya tampak badannya saja sementara kepalanya berada di selangkanganku tertutup lingerie.
Entah sudah puas atau pengap berada di selangkanganku, beliau menarik kepalanya keluar, baru kusadari
kalau aku belum melakukan sesuatu pada beliau, masih rapi tertutup baju safarinya.
Aku tersenyum memandang wajahnya yang kemerahan dilanda nafsu, hidungnya kembang kempis seakan ingin
menelanku bulat bulat. Sembari membuka resliting celana aku mengecup dahi botaknya, kukeluarkan
penisnya yang telah keras menegang dan kutuntun ke arah gerbang surga dunia.
Berbeda dengan tadi siang, kali ini beliau begitu romantis dan penuh perasaan melesakkan penisnya
menyusuri liang sempit dan basahku sambil kami tetap berciuman bibir. Penisnya keluar masuk vaginaku
pelan pelan, seakan ingin menikmati setiap detik dan setiap kenikmatan yang timbul, tangan beliaupun
pelan meraba dan mengelus buah dadaku, tak ada kekerasan dalam irama permainannya. Lima menit berlalu
dalam tempo romantis, satu persatu kulepas pakaiannya tanpa menghentikan permainan kami, lingerie
masih menempel di tubuhku meskipun praktis tak karuan lagi letaknya.Cerita Sex Terbaru
Kami berganti posisi setelah beliau akhirnya melepas lingerieku, menyisakan stocking hitam dan sepatu,
dari belakang sama sama berdiri menghadap cermin, aku dikocok masih dengan tempo lamban. Dari pantulan
cermin bisa kulihat expresi kepuasannya saat bercinta, beliau selalu menyibakkan rambutku apabila
menghalangi wajahku dari cermin.
Kami seakan melihat adegan sex di layar cermin dengan peranan diri sendiri, mungkin ini menambah
erotis beliau bisa melihat bagaimana menyetubuhi gadis muda secantik aku. Sebaliknya dengan aku yang
selalu menutup mata rapat rapat saat beliau menengadahkan wajahku ke arah cermin, malu aku melihat
diriku sendiri sedang disetubuhi laki laki seusia Papaku, bahkan mungkin lebih tua.
Tiba tiba Pak Usman menghentakku keras disusul denyutan kuat dari kejantanannya menghantam dinding
dinding vaginaku, aku kaget, menggeliat dan menjerit, tak menyangka beliau mengakhiri dengan sentakan
kuat seperti itu, membanjiri vaginaku dengan sperma hangatnya, tangannya mencengkeram buah dadaku
dengan kuatnya, terasa sedikit sakit. Beberapa detik setelah itu kami terdiam dalam posisi tetap
kecuali tangannya yang beralih membelai punggung dan rambutku, beliau masih menikmati pemandangan kami
di cermin.
“Kamu memang hot dan pintar” katanya sambil mencabut kejantanannya.
Aku berbalik, kuraih kejantanannya yang mulai lemas lalu kuusap usapkan ke tubuhku, aku tahu dari
pengalaman bahwa banyak laki laki menyukai hal ini.
“Bapak juga hebat, bisa lama seperti itu” jawabku menghibur dan memang untuk ukuran seusia beliau
bercinta 10 menit sudah merupakan hal yang hebat, biasanya malah kurang dari 5 menit, cuma besar di
nafsu saja.
Baca JUga Cerita Seks Sepupuku
Kami menghabiskan sore hingga malam dengan penuh gairah, Kulayani Pak Usman 2 babak lagi, meski masing
masing tidak pernah lebih dari 10 menit, sebelum akhirnya beliau meninggalkanku kembali ke istrinya
lewat tengah malam.
“Besok pagi aku akan datang sebelum kamu kembali ke Surabaya” pesannya sebelum meninggalkanku, aku
hanya tersenyum mendengar kerakusannya.
Aku tak tahu bagaimana beliau menghindari sorotan orang atas keberadaannya di hotel, tapi aku yakin
beliau sudah biasa melakukan dan sudah punya cara sendiri untuk menghindar. Sampai aku check out siang
hari, ternyata beliau tidak pernah datang menemuiku, entah apa yang terjadi, mungkin ada acara
mendadak. Tak ada sesal sama sekali atas ketidak hadirannya, justru aku bersukur tak harus melayani
nafsu si tua itu lagi.
Selama melayani beliau beberapa babak, dari siang hingga tengah malam, aku tak pernah mendapat orgasme
sekalipun, tapi aku tak kecewa apalagi menyesalinya, toh semua itu bagian dari pekerjaanku. Orang
suruhan GM-pun tak pernah nongol atau menelpon, akupun berangkat sendiri ke Cengkareng tanpa ada orang
lagi yang memperhatikan seperti kemarin, apalagi tiket pulang pergi masih ditangan, jadi bukanlah
masalah besar bagiku. Yang penting semua pembayaran jasaku telah ditransfer sebelum keberangkatanku ke
Jakarta. Itulah manusia, setelah selesai yang dikehendaki langsung melupakan lainnya.- Cerita Sex, Cerita Seks, Cerita Sex Terbaru, Cerita Porno, Cerita Sex Dewasa, Cerita Panas Indonesia, Cerita Hot Terbaru, Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Porno, Kisah Seks.